Langsung ke konten utama

Msakalah Kearsipan Menurut Abjad



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kearsipan merupakan bagian pekerjaan kantor yang sangat penting. Informasi yang tertulis yang tepat harus tersedia apabila diperlukan agar kantor dapat memberikan pelayanan yang efektif.
Kearsipan sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan administrasi karena arsip merupakan pusat ingatan bagi setiap kegiatan dalam suatu kantor. Tanpa arsip tidak mungkin seorang arsiparis dapat mengingat semua catatan dan dokumen secara lengkap. Oleh karena itu suatu kantor dalam mengelola kearsipan yang sesuai dengan keadaan organisasinya dalam mencapai tujuannya.
Efektifitas pengelolaan kearsipan pada suatu kantor dipengaruhi pula oleh pegawai yang berkerja pada bidang kearsipan, sarana atau falsilitas yang dipergunakan dalam membantu pengelolaan arsip dan dana yang tersedia untuk pemeliharaan arsip tersebut.
Fungsi arsip sebagai ingatan , pusat informasi dan sumber sejarah perlu dikelola dengan baik agar dapat memperlancar seluruh kegiatan dan proses pekerjaan kantor yang berhasil guna dan berdaya guna. Dalam hal ini unit kearsipan harus senantiasa siap untuk memberikan pelayanan informasi yang akurat dalam memecahkan masalah admninistrasi pada umumnya dan dalam manajemen kearsipan pada khususnya.

1.2  Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah kearsipan.
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang system kearsipan.
3.      Untuk mengetahui gambaran tentang penyimpanan arsip.
4.      Untuk memahami seperti apa sistem yang di gunakan untuk memudahkan petugas mencari dokumen (penyimpanan arsip system abjad).
5.      Untuk mengetahui tentang cara pemeliharaan arsip.

1.3  Metode Pengumpulan Data
1.      Studi Pustaka
Penulis mendapatkan data dari membaca buku-buku mengenai system kearsipan
2.      Pencarian secara Online
Penulis mencari data dan mengutip dari web yang bersangkutan dengan makalah.


1.4  Ruang Lingkup Pembahasan
Terdiri dari IV (Empat) bagian yang sangat berkaitan antara satu dengan yang lain agar makalah ini dapat disesuaikan dengan isi, maksud tujuan pembahasan, masalah dan dapat membedakan antara teori dengan praktik yang didapat di kampus maupun di dunia industri, adapun penulis membahas dalam makalah ini antara lain :

BAB I             : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang betapa pentingnya kearsipan bagi suatu perusahaan atau kantor, tujuan pembuatan makalah, serta metode Pengumpulan data dan ruang lingkup pembahasan.
                       
BAB II                        : LANDASAN TEORI
Menyampaikan gambaran secara umum pengertian arsip, jenis-jenis arsip, fungsi arsip, prosedur penyimpanan dan pemeliharaan, perlindungan dan perbaikan arsip.
BAB III          : PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang pengertian arsip system abjad, prosedur penyimpanan arsip system abjad, susunan map, peralatan dan perlengkapan, serta analisis swot arsip system abjad.
BAB IV          : PENUTUP
Penulis memberikan kesimpulan serta saran-saran penulis mengenai makalah arsip system abjad .
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Arsip
Arsip sangat penting bagi sekretaris dan pegawai kantor yang mengurusinya, sebab pemahaman yang benar tersebut akan membuat proses dan kinerja jalannya kearsipan lebih optimal.
Menurut Sutarto (1997:200) mengatakan arsip sebagai “ kumpulan warkat yang memiliki nilai guna tertentu, disimpan secara sistematis, dan dapat diketemukan kembali dengan cepat”.
          Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok kearsipan Yang dimaksud arsip adalah :
1.       Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-Lembaga Negara dan Badan-Badan pemerintah dalam bentuk corak apa pun baik dalam keadaan tunggal maupun  berkelompok, dalamn rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah.
2.       Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-Badan Swasta dan/atau perorangan, dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangkaian pelaksanaan kehidupan kebangsaan.
Dalam Penjelasan atas UU tersebut tersurat bahwa yang dimaksud dengan naskah-naskah dalam corak apa pun, adalah meliputi baik tertulis maupun yang dapat dilihat dan didengar seperti halnya hasil-hasil rekaman, film, dan lain sebagainya.

2.2  Ciri-ciri Arsip dan kegunaanya
2.2.1        Dokumen dapat dikatakan baik jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1.   Merupakan kumpulan warkat yang mempunyai nilai guna. Nilai guna yang ada dalam suatu arsip biasa diakronimkan dengan ALFRED (Sutarto, 1997:2001) yang merupak singkatan dari Administrative value, Legal value, Financial value, Research value, Educational value, dan Dokumentary value. Selain itu arsip dapat mengandung nilai haluan organisasi, nilai pelaksanaan kegiatan organisasi, nilai sejarah, ekonomi, sosial, politik, keamanan, kebudayaan seni dan agama.
2.   Warkat-warkat harus disimpan secara sistematis yang tidak hanya berarti arsip diletakan dan disusun berurutan menurut abjad, tanggal atau pun nomor, tetapi juga menunjukan penyimpanan arsip yang dilakukan dengan memperhatikan klasifikasi permasalahan, wilayah asal, organisasi atau unit kerja penciptaan warkat.
3.   Arsip dapat disediakan dengan cepat apabila diperlukan.


2.2.2        Kegunaan Arsip
Dalam kehidupan organisasi atau pun perorangan, arsip dapat memiliki kegunaan (manfaat) tertentu seperti untuk keperluan administrasi, hukum, keuangan, pendidikan, riset, dan pembuktian (dokumenter). Karena mempunyai kegunaan (berguna, bermanfaat), maka arsip harus disimpan secara sistematis.
Unit kearsipan di dalam organisasi memberikan sumbangan yang berupa arsip yang memuat data atau pun informasi sesuai kebutuhan setiap unit kerja, pejabat, pagawai, dan masyarakat. Setiap manajer di setiap unit membutuhkan data dan informasi untuk membantu di dalam melaksanakan fungsi manajemen dan peran manajerialnya. Pegawai juga membutuhkan data atau informasi untuk melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Masyarakat juga dapat memerlukan data dan  informasi sesui kebutuhan, misalnya untuk kebutuhan studi, penelitian, penulisan berita, dan lainya.

2.3  Klasifikasi Arsip
Banyak peristiwa atau hal yang dapat dicatat dalam kehidupan organisasi/perorangan yang berguna bagi kehiduopan bersama. Oleh karena itu warkat atau arsip yang berisi catatan mengenai hal-hal dan kejadian-kajadian yang menyangkut hidup dan aktivasi individu dan organisasi juga bervariasi. Untuk mempermudah pemahaman dan pelaksanaan kegiatan kearsipan, arsip biasanya digolong-golongkan atau klasifikasikan menurut ( dalam berbagai ) segi cara pandang ( aspek ) tertentu.
Wursanto ( 1991 : 21 – 30 ) melakukan penggolongan arsip menurut subjek (isi), bentuk (wujud), nilai (kegunaan), sifat kepentingan, keseringan penggunann, fungsi, tingkat penyimpanan dan pemeliharan, serta menurut keasliannya.
Menurut subjek atau isinya, arsip dapat digolongkan menjadi beberapa macam seperti arsip keuangan, arsip kepegawaian, arsip pemasaran, dan arsip pendidikan.
Menurut kegunaanya, arsip diklasifikasikan menjadi beberapa macam misalnya arsip mempunyai nilai guna administrasi, nilai guna kebijaksanaan, nilai guna pelaksanaan kerja, nilai guna hukum, nilai kegunaan keuangan, nilai guna penelitian, nilai guna pendidikan, nilai guna pembuktian dan documenter, dan nilai guna sejarah.
Menurut sifat kepentingan arsip dapat digolongkan menjadi arsip vital, penting   (essensial), dan biasa. Arsip vital terdiri dari warkat-warkat yang mempunyai nilai abadi. Arsip penting merupakan naskah yang mempunyai sifat-sifat seperti isinya mengikat, memerlukan tindak lanjut, memuat informasi penting, menggandung konsepsi kebijaksanaan, dan mempunyai nilai, atau kegunaan tertentu. Sedangkan arsip biasa adalah naskah yang isinya tidak mengikat dan tidak menimbulkan adanya tindak lanjut.
Menurut keseringan penggunaanya arsip dibedakan menjadi arsip aktif, arsip inaktif, dan arsip statis/abadi. Arsip aktif adalah arsip yang masih sering dipergunakan secara langsung dalam proses pelaksanaan tugas. Arsip inaktif adalah arsip  yang tidak lagi dipergunakan secara langsung dalam pelaksanaan tugas atau frekuensi penggunaannya sudah menurun.
Menurut fungsinya, arsip dapat digolongkan menjadi arsip dinamis dan arsip statis.
Penggolongan arsip menurut tingkat penyimpanannya dan pemerliharaannya misalnya arsip unit yaitu arsip yang disimpan di unit kerja ( unit pengolah ); arsip sentral, arsip yang disimpan di Unit Kearsipan (Pusat Arsip) organisasi, dan atau arsip disimpan di kantor arsip Nasional di Jakarta, dan di tiap-tiap ibukota daerah tingkat I dan II
Menurut keasliannya, arsip digolongkan menjadi empat macam yaitu arsip asli, arsip tembusan atau tindasan, arsip salinan dan arsip berupa petikan.
2.4  Jenis dan Fungsi Arsip
2.4.1        Fungsi Arsip
Pada undang-undang tersebut arsip dibedakan menurut fungsinya menjadi dua golongan, yaitu arsip dinamis dan arsip statis. arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara yang disebut juga dengan Record. Arsip statis atau archieve adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi Negara.
Dua istilah record dan archieve di atas sering disebut dengan istilah arsip
(bahasa belanda archief). Sehingga record manajement di terjemahkan dengan Tata Kearsipan atau Manajement Kearsipan.

AKTIF
                                                  ARSIP DINAMIS                                     
                                                                                                          INAKTIF
ARSIP                                     

ARSIP STATIS


Gambar     1. Pembagian arsip

Apa pun sebutan dan istilahnya, yang dimaksud dengan arsip di sini adalah setiap catatan (record/warkat) yang tertulis, tercetak, atau ketikan dalam bentuk huruf, angka atau gambar, yang mempunyai arti dan tujuan tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu, folmulir), kertas film (slide, film-strip, mikro-film), media computer (pita tape, piringan, rekaman, disket) kertas fotocopy dan lain-lain.
Sesuai dengan perkembangan kemajuan peralatan data dan informasi yang sudah sampai kepada era komputerisasi, maka arsip masa kini dapat terekam pada kertas, kertas film (celluloid), dan media computer (disket, flasdisk, pita magnetic, dan sebagainya)
2.4.2        Jenis Arsip
terdapat 2 (dua) jenis arsip ditinjau dari sudut hukum dan perundang-undangan, yaitu :
1.      Arsip otentik
2.      Arsip tidak otentik
          Arsip otentik adalah adalah arsip yang di atasnya terdapat tanda tangan asli dengan tinta (bukan fotokopi atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi arsip yang bersangkutan. Arsip otentik dapat dipergunakan sebagai bukti hukum yang sah.
Arsip tidak otentik adalah arsip yang di atasnya tidak terdapat tanda tangan asli dengan tinta. Arsip ini dapat berupa fotokopi, film, microfilm, keluaran (output/print out) computer, dan media computer seperti disket dan sebagainya.
Beberapa contoh arsip dapat disebutkan di sini : surat, surat perjanjian, teleks, telegram, faktur, memo, laporan kartu, folmulir, daftar, gambar, foto, peta, kuitansi, cheque, cetak-biru, table, grafik miktrofilm, mikrofische, slide, data-data, akte, hasil facsimile, media computer (disket, flasdisk, magnetic-tape, pirigan), dan lain-lain.
          Pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan arsip disebut Manajement Kearsipan. Dengan lengkap dapat dikatakan bahwa manajemen kearsipan adalah pekerjaan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan, pengendalian, dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan, pemindahan, dan pemusnahan. Jadi pekerjaan tersebut meliputi suatu siklus “kehidupan” warkat sejak lahir sampai mati. Khusus untuk arsip yang tidak pernah mati karena mempunyai nilai sangat penting bagi perkantoran akan disimpan selama-lamanya di perkantoran yang bersangkutan sebagai arsip abadi ( Akte Pendirian Perusahaan dan surat penting lain). Sedangkan arsip dinamis yang sudah tidak diperlukan di perkantoran tetapi mempunyai nilai nasional yang perlu dilestarikan selama-lamanya. Sesuai dengan undang-undang No.7 tahun1971 harus dikirim ke arsip Nasional (ARNAS) untuk disimpan abadi sebagai arsip statis.
          ARNAS adalah badan pemerintah yang bertugas menyimpan, meyelamatkan, mengolah, dan menyediakan arsip statis sebagai bahan bukti seluruh pertsanggung jawaban pemerntah maupun bangsa. Arsip Nasional di Ibu Kota Republik Indonesia sebagai inti organisasi dari lembaga kearsipan nasional disebut Arsip Nasional Tingkat I, termasuk daerah-daerah setingkat dengan Daerah Tingkat I, disebut Arsip Nasional Daerah.

2.5  Pengorganisasian Arsip
          Asas pengorganisasian kearsipan adalah pedoman atau ketentuan mengenai pelaksanaan pengurusan surat dan naskah lain yang di sepakati oleh pihak-pihak pengambilan keputusan di dalam organisasi untuk diterapkan dalam system kearsipan suatu organisasi. Ada tiga asas pengorganisasian yang dapat dipilih yaitu asas sentralisasi,desentralisasi,dan gabungan sentralisasi-desentralisasi.
1.      Asas sentralisasi
Asas sentralisasi kearsipan adalah pemusatan pengurusan arsip yang ada di dalam organisasi. Dalam hal ini,suatu organisasi yang menerapkan asas sentralisasi kearsipan memiliki satu unit kearsipan yang mempunyai fungsi membuat kebijakan sekaligus melaksanakan tugas-tugas pengurusan arsip (kearsipan) untuk kebutuhan seluruh unsur (unit) kerja organisasi. Jadi,dalam suatu organisasi hanya ada satu bagian kearsipan yang mengurus arsip untuk semua satuan organisasi yang ada. Bagian kearsipan mengurus kearsipan semua unit organisasi. Organisasi berukuran kecil lebih cocok menerapkan asas sentralisasi ini.
Sentralisasi pengurusan arsip memberikan manfaat sebagai berikut :
a.       Memberikan prosedur yang konsisten
b.      Menunjukan dengan jelas siapa yang bertanggung jawab
c.       Memudahkan pemahaman terhadap arsip-arsip yang saling berhubungan
d.      Membantu pelatihan pegawai tata usaha yang baru
e.       Menjamin keseragaman pelayanan kepada semua unit
f.       Meminimumkan duplikasi arsip-arsip
g.      Memungkinkan penggunaan ruang dan fasilitas yang lebih baik
h.      Memungkinkan keamanan arsip yang lebih besar
i.        Pelayanan peminjaman arsip dapat lebih terkontrol
Kerugian dari asas sentralisasi arsip :
a.       Sentralisasi arsip hanya efisien dan efektif untuk organisasi yang kecil
b.      Tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu system penyimpanan yang seragam
c.       Unit kerja yang memerlukan arsip akan memakan waktu lebih lama untuk memperoleh arsip yang diperlukan
2.      Asas desentralisasi
Asas desentralisasi pengurusan arsip menunjukan pendistribusian wewenang penyelenggaraan kegiatan kearsipan kepada setiap Bagian Kearsipan disetiap unit kerja dalam suatu organisasi. Jadi desentralisasi ini memberikan otonomi bagi setiap kantor disetiap unit kerja organisasi untuk mengurus arsipnya sendiri. Penerapan asas desentralisasi ini lebih banyak disukai oleh para manajer karena sistem ini memungkinkan manajer mengontrol dan mengakses arsip-arsip yang berkaitan dengan urusannya masing-masing dengan efektif dan efisien.
Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan penerapan system desentralisasi ini yaitu :
a.       Setiap departemen mempunyai system kearsipan sendiri-sendiri,sehingga terjadi ketidakseragaman system kearsipan didalam suatu organisasi.
b.      Setiap departemen menyimpann arsipnya sendiri-sendiri,jadi arsip-arsip yang mempunyai hubungan tidak disimpan disatu tempat bersama-sama.
c.       Beberapa departemen mungkin menyimpan kopian arsip yang sama,sehingga meningkatkan duplikasi arsip.
d.      Suatu departemen mungkin memiliki peralatan yang lebih dan departemen yang lain berkekurangan sehingga maksimalisasi penggunaan peralatan arsip tidak terjadi.
e.       Setiap departemen cenderung menjamin keamanan arsip dengan cara-cara yang berbeda-beda,sehingga keamanan arsip sangat mungkin dilakukan secara serampangan dan tidak layak.
Ada beberapa keuntungan dari asas desentralisasi arsip adalah :
a.       Pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuaikebutuhan unit kerja masing-masing
b.      Keperluan arsip mudah terpenuhi,karena berada pada unit kerja sendiri
c.       Penanganan arsip lebih mudah dilakukan,karena arsipnnya sudah dikenal baik
3.      Asas Gabungan
Asas gabungan dalam pengurusan arsip merupakan suatu cara kompromi yang memperbolehkan setiap unit pengolah untuk menyimpan dan memelihara arsip atau warkat aktifnya sendiri dibawah kontrol/kendali pusat Unit Kearsipan. Arsip-arsip aktif seperti kepegawaian,daftar gaji,kredit,keuangan dan arsip penjualan disimpan secara terdesentralisasi. Tetapi arsip-arsip inaktif dan statis ditampung,disimpan,dirawat,diamankan,diolah,dan diatur dibawah tanggung jawab Unit Kearsipan Pusat organsasi.
Unit Kearsipan Pusat juga mempunyai fungsi menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka usaha pengembangan kearsipan,mengembangkan dan membina administrasi kearsipan,menyelenggarakan pembinaan tenaga kerja dan ahli kearsipan melalui pendidikan dan latihan,dan menyelenggarakan hubungan dan kerjasama dengan organisasi-organisasi lain untk mengembangkan dan memajukan system kearsipan organisasi.     
Dengan pendekatan gabungan ini masalah-masalah yang melekat pada asas sentralisasi dan desentralisasi diminimalkan resikonya,seperti masalah duplikasi penyimpanan arsip dan kurangnya fleksibilitas tentang unifirmitas. Asas kombinasi cocok untuk organisasi atau perusahaan besar dan yang mempunyai cabang-cabang usaha.
Pemilihan asas mana yang hendak digunakan didalam organisasi terkait dengan factor-faktor seperti besar-kecilnya (ukuran) organisasi,keperluan organisasi/unit-unit organisasi dan kemampuan pegawai. pemilihan asas yang hendak diberlakukan juga mempunyai konsekuensi bagi pelaksanaan fungsi manajemen dan operasional kearsipan didalam organisasi.

2.6  Indeks
Indeks ialah Suatu daftar atau tabel yang dipergunakan dalam pekerjaan kearsipan. Sedangkan Mengindeks adalah kegiatan membagi nama/judul atas beberapa unit. Agar pemberian indeks dilakukan dengan tepat,beberapa aturan dibawah ini perlu diperhatikan :
1.      Nama yang digunakan adalah nama yang sering dipergunakan dalam pencarian arsip.
2.      Dalam arsip korespondensi, nama kepala surat sering digunakan untuk permintaan arsip.
3.      Apabila kepala syarat tidak memuat alamat penulis atau hubungan bisnis si penulis,kepala surat itu tidak digunakan sebagai kode penyimpanan.
4.      Jika surat tidak mempunyai kepala surat,kode penyampanan surat dapat menggunakan nama penanda tangan.
5.      Jika nama perusahaan sama pentingnya dengan nama penanda tangan,nama perusahaan dipakai sebagai kode penyimpanan.
6.      Untuk surat keluar,nama yang enting adalah nama pada alamat dalam.
7.      Jika nama individu dan nama perusahaan tercantum pada alamat dalam,plihlah nama perusahaan yang dijadikan kode penyimpanan.
8.      Pada surat tembusan nama penulis digunakan sebagai dasar penyimpanan.
9.      Jika pokok masalah digunakan dalam penyimpana system alfabetis,nama orang, organisasi harus tampak pada arsip tersebut. Petugas harus menulis subjek tersebut pada sudut kanan atas.
10.  Jika nama atau masalah yang ada didalam arsip tersebut dianggap paling penting,nama atau masalah tersebut dapat digunakan sebagai kode dalam penyimpanan.
2.7  Kode
Kode adalah tanda atau simbol yang dibubuhkan pada lembaran warkat. Kode ditulis dengan pensil pada lembaran warkat sebagai pedoman penyimpanan, Kode Arsip diambil dari abjad pertama dari hasil pengindeksan arsip dapat menjadi kode yang berfungsi sebagai dasar penyimpanan arsip tersebut. Pengkodean dapat diartikan sebagai pemberian tanda pada arsip yang mengindikasikan penyimpananya dalam file. Agar anda dapat memberi kode yang tepat,seperangkat aturan dalam penyimpanan alfabetis harus diikuti. Jika arsip sudah siap disimpan,arsip akan diberi tanda atau kode tempat penyimpanan. Jika hal tersebut telah dilakukan,petugas sudah dapat membaca sekilas atau mengindeks isi surat untuk konfirmasi pemberian kode tersebut. Apabila ada kata yang penting,pembuatan tunjuk silang dilakukan saat itu juga. Pemberian kode yang tepat akan menghemat waktu pada saat anda akan menyimpan kembali arsip. Pada saat pemberian tanda anda harus berhati-hati dan sehingga hal itu dapat membantu mencapai keberhasilan dalam efisiensi system penyimpanan secara alfabetis.

2.8  Cara Penyimpanan Arsip
Bertha M.weeks (1956 ) seperti dikutip The Liang Gie (1988:130) mengatakan bahwa aktifitas pokok dalam bidang kearsipan berupa penyimpanan warkat-warkat. Aktifitas pokok ini dalam bahasa ingris disebut “filling” yang merupakan penyusunan warkat secara sistematis sehingga warkat-warkat itu dapat di ketemukan kembali dengan cepat (filling is the systematic arrangement of record so that they may be quickly found again). Dalam menjelaskan tentang tugas pelayanan disekitar keterangan-keterangan (tata usaha) The Liang Gie (1988:26) mengatakan kegiatan dalam menyimpan sebagai kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat di tempat tertentu yang aman.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa penyimpanan arsip adalah kegiatan menaruh atau menyusun warkat-warkat secara sistematis, dengan berbagai cara dan alat di tempat tertentu yang aman dan dapat diketemukan kembali dengan cepat apabila di butuhkan. Penyusunan warkat secara sistematis berarti bahwa ketika melakukan penyimpanan arsip, pegawai menaruh warkat-warkat dengan menggunakan prosedur, cara, alat, memperhatikan klasifikasi arsip dan kodenya serta urutan kejadian (kronologi penciptaan, pengiriman, penerimaan) warkat.
Langkah-langkah/prosedur penyimpanan arsip:
1.       Pengumpulan Surat
Surat-surat yang berasal dari berbagai unit organisasi dikumpulkan pada bagian kearsipan.
2.       Memeriksa
Petugas memeriksa apakah surat memang sudah benar-benar akan disimpan, dengan melihat adanya tanda “perintah simpan” (release mark) yang diterapkan oleh atasan di atas surat bersangkutan. Atau petugas memang yakin bahwa surat sudah selesai diproses dan boleh disimpan.
3.       Mengindeks
Memilih nama yang akan dipakai sebagai identitas penyimpanan dan kemudian menguraikannya menjadi unit-unit untuk keperluan mengabjad.
Untuk surat masuk, yang dapat diindeks adalah nama pengiriman atau nama penanda tangan surat.
Contoh:
Nama Badan Pengirim adalah PT Waringin, dan penandatangannya adalah Sukoco Katim, SH. Biasanya yang dipilih sebagai indeksnya adalah Nama Badan, karena cendrung tidak berubah dibanding dengan nama penandatangan surat, kecuali surat perorangan.
Cara Mengindeks:
PT.Waringin Indeks Waringin PT
Surat ini akan disimpan pada abjad W dan label mapnya adalah W.

4.       Memberi Kode
Pada langkah ini nama atau kata tangkap yang sudah diindeks sebagai unit-unit diberi tanda. Misalnya, lingkaran dengan warna merah dan angka 1 untuk unit satu, angka 2 untuk unit dua dan angka 3 unit tiga dan seterusnya.
Dengan adanya tanda ini petugas dapat menempatkan surat di dalam map yang sudah ada, atau membuatkan map individu baru bila surat-suratnya baru dipindahkan dari map campuran karena jumlah suratnya sudah lebih dari 5 pucuk.
Dengan adanya tanda/kode juga memudahkan petugas mengembalikan surat ke dalam laci, bila surat keluar karena dipinjam.


5.       Menyortir
Adalah mengelompokkan surat kedalam kelompok abjad masing masing, agar memudahkan petugas mengerjakan langkah terakhir yaitu menyimpan. Sortir ini penting untuk surat-surat yang banyak, kalau suratnya sedikit (tidak lebih dari 25 pucuk) tidak perlu dilakukan sortir. Dengan adanya sortir, petugas didalam menyimpan surat tidak perlu pulang-balik dari meja ke almari arsip, tapi dapat menyimpannya perkelompok abjad.
6.       Menempatkan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati hati. Kalau tejadi kekeliruan menempatkan surat pada map yang bukan seharusnya maka surat tersebut dapat disebut hilang. Bila volume surat yang disimpan cukup banyak, maka pencarian kembali akan sukar dilakukan.
Pemeliharaan, perawatan, penyiangan dan pemusnahan menurut peraturan yang berlaku.








BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pengertian Filling System Abjad
System abjad adalah system penyimapanan dokumen yang berdasarkan susunan abjad dari kata tangkap (nama) dokumen bersangkutan. Melalui system abjad ini, dokumen disimpan berdasarkan urutan abjad, kata demi kata, huruf demi huruf. Nama dapat terdiri dari dua jenis, yaitu nama orang dan nama badan. Nama orang (individu) terdiri dari nama lengkap dan nama tunggal. Sedanngkan nama badan terdiri dari nama badan pemerintah, nama badan swasta dan nama organisasi.
Sistem abjad umumnya dipilih sebagai sistem penyimpanan arsip, karena :
1.       Nama biasanya sebagai rujukan pertama dalam pencarian dokumen. Sehingga dokumen-dokumen cenderung dicari atau diminta melalui nama orang atau lembaga.
2.       Dokumen-dokumen dari nama yang sama, akan berkelompok di bawah satu nama dan satu tempat.
3.       Dokumen berasal dari banyak koresponden dengan nama yang bervariasi.
4.             Nama lebih mudah diingat oleh siapa pun.

Sistem abjad ini merupakan sistem penyimpanan yang sederhana dan mudah dalam menentukan dokumen, dimana petugas bisa langsung ke file penyimpanan dan melihat huruf abjad, tanpa melalui alat bantu seperti indeks yang disebut juga dengan sistem arsip langsung (direct filing system).
Kalau kita memilih sistem abjad sabagai sistem penyimpanan, maka itu berarti bahwa nama merupakan ciri atau identitas penting di dalam pencarian dokumen sesuai dengan kebutuhan dan jenis kegiatan dari unit kerja bersangkutan yang mementingkan soal nama dari pada identitas lain. Berdasarkan hal tersebut maka pencaraian atau permintaan atas dokumen yang diperlukan hendaklah bertitik tolak dari nama koresponden, misalnya: ”Tolong carikan data surat PT WARINGIN KENCANA” , ”Tolong carikan data pegawai Sukoco Kaltim”, ”Tolong carikan surat kita kepada Adnan Buyung Nasution & associates”. Sesudah menerima permintaan ini, petugas mengira-mengira pada abjad apa map dokumen bersangkutan berada sesuai dengan indeks dari nama masing-masing yang menjadi label map. Sesuai dengan Peraturan Mengindeks, ketiga dokumen tersebut akan berada di belakang abjad W, K, dan N, sedangkan label mapnya masing-masing adalah: Waringin Kencana PT, Kaltim Sukoco, dan Nasution Adnan Buyung & Associates

3.2  Susunan Map
           Sering terjadi bahwa surat dari suatu koresponden hanya diterima satu lembar dalam jangka waktu yang lama, misalnya selama periode enam bulan. Koresponden yang suratnya hanya diterima satu kadang-kadang jumlahnya cukup banyak. Di samping itu ada juga koresponden yang komunikasinya berlangsung secara terus menerus. Hal-hal seperti tersebut di atas seharusnya menjadi bahan dalam pertimbangan di dalam menentukan penggunaan map-map pada sistem-abjad.
           Ada tiga cara penggunaan map yang dapat di pilih oleh para pengelola arsip yang memilih sistem-abjad sebagai penyimpanan arsipnya. Yang diambil contoh di sini adalah map gantung (hanging folder). Kalau mempergunakan perlatan ini seperti misalnya ordner map, kotak file, atau lainya, maka perlu di sesuaikan. Tiga cara tersebut adalah:
1. Setiap koresponden (misalnya nama perusahaan) diberi map secara langsung walaupun suratnya baru satu lembar. Pada cari ini pemakaian map memang cukup banyak dan cenderung boros,sebab mungkin saja isi map tersebut tidak akan pernah bertambah. Pada cara ini map-map tersusun berderet menurut abjad. Karena semuanya map gantung,mka tidak memerlukan penyekat. Dengan tidak adanya penyekat maka kita tidak dapat meletakkan guide huruf abjda secara tersendiri; sebagai gantinya guide huruf (A,B,C,dan seterusnya sampai Z) dapat di letakkan pada pinggir atas map yang pertama dari map-map kelompok abjad bersangkutan.
2. Cara yang kedua adalah bila kita memberlakukan map gantung sebagai map kantong. Dengan sendirinya mempunyai map-kantong dengan label A,B,C,dan seterusnya sampai Z. pada map-kantong A akan di masukan map-dalam(tempat surat) berbagai nama (korespnden) yang termasuk abjad A. Misalnya surat-surat yang berhubungan dengan PT.Adiguna akan kita masukkan dalam map-dalam dengan lebel ADIGUNA,PT. Surat dari dan kepada PT Astra motor Internasional Inc. akan kita masukan dalam map-dalam dengal lebel ASTRA,PT. Dua map-dalam tersebut kita masukkan dalam map-kantong A.
3. Cara yang ketiga adalah dengan mempergunakan map-campuran dan map-individu. Map tersebut sebetulnya adalah map-gantung yang dipergunakan sebagai map-campuran dan map-individu adanya map campuran adalah untuk menampung surat-surat yang baru sedikit diterima dari koresponden-koresponden, atas dasar untuk menghemat pemakaian map. Sebab, katanya kalau surat dari satu korsponden atau dua lembar sudah di simpan di map tersendiri akan terjadi pemborosan pemakaian map. Barangkali saja, bertahun-tahun jumlah suratnya hanya itu-itu saja, tidak ada komunikasi-komunikasi kelanjutan.
Map campuran ini adalah map yang berisi campuran surat-surat dari berbagai koresponden di mana jumlah surat masing-masing koresponden belum mencapai 5 lembar. Di sini surat-surat di kelompokkan sesuai nama masing-masing, dan kelompok-kelompok tersebut disusun menurut abjad. Bila ada kelompok yang jumlahnya sudah menjadi 5 lembar, maka kelompok surat dari nama bersangkutan, di keluarkan dari map-map campuran dan di masukkan di dalam map tersendiri.
Map-individu adalah map yang berisi surat-surat dari 1 nama yang di pindahkan dari map-campuran, karena surat-surat tersebut sudah penuh, maka di pergunakan map kedua dengan label nama yang sama, dan di tepatkan di depan dari map lama.

3.3  Klasifikasi Filling System Abjad
3.3.1        Klasifikasi arsip
Dalam merancang klasifikasi abjad nama-nama dikelompokkan atas 4 kelompok, yaitu:
1.       Nama Perorangan
2.       Nama Perusahaan
3.       Instansi Pemerintah
4.       Nama Organisasi dan Perhimpunan
Setelah nama diindeks kemudian surat-surat diklasifikasikan berdasarkan abjad mulai dari A sampai Z, tapi bila terdapat sejumlah nama yang sama maka penyusunan dilakukan berdasarkan huruf kedua, ketiga dan seterusnya.
Contoh :
A, B, C,…………………………………Z
Aa, Ab, Ac, ……………………………Az
Aba, Abb, Abc, ………………………Abz
Aca, Acb, Acc, …………………………Acz
Bila nama-nama telah diindeks itu disusun dan dikelompokkan berdasarkan abjad, maka nama-nama tersebut dapat diurut sbb :
Aan,Jamaan   Baenulhaq       Carli    Dahrul
Abas,Abdul   Bainulhakim    Carlianis          Darman,Iskandar
Abbas,Yasir  Badrianus        Channe            Dasman,Yusar
Abdul,Yadi   Badri,Mutia     Cherry,Retno  Dirman,Asri

3.4  Prosedur Penyimpanan Sistem Abjad
Prosedur penyimpanan system-abjad untuk surat dan non-surat (kartu,formulir, gambar konstruksi, dan sebagainya) adalah sama, yaitu terdiri dari langkah-langkah: 1. Memeriksa, 2. Mengindeks, 3. Memberoi tanda, 4. Menyortir, 5. Menyimpan surat mempergunakan map, sedangkan penyimpanan non surat tidak mempergunakan map.
1.                  Memeriksa
Langkah perta ma inin dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan penyimpanan terhadap surat yang sebenarnya harus diedarkan kepada unit-unit lain. Pada langkah ini petugas memeriksa apakah surat memang sudah benar-benar akan disimpan, misalnya dengan melihat adanya tanda “perintah simpan” (release mark). Yang diterakan oleh atasan di atas surat bersangkutan. Atau petugas memang yakin bahwa surat sudah selesai diproses dan boleh disimpan.

2.                  Mengindeks
Mengfindeks dalam system-abjad adalah memilih nama yang akan di pakai sebagai indentitas penyimpanan dan kemudian menguraikan menjadi unit-unit untuk keperluan abjad. Untuk surat masuk, yang dapat dipilih adalah nama badan pengirim adalah PT Waringin dan penanda tanganya  adalah sukoco katim, SH. Biasanya yang dipilih sebagai kata tangkap (identitas) adalah nama badan, karna cenderung tidak berubah disbanding dengan nama penendatangan surat, kecuali untuk surat yang dikirim atas nama perorangan bukan badan.
      Di dalam langkah mengindeks nama yang dipilih kemuadian diindeks menjadi Waringin PT, Bank DagangNegara Cabang Jakarta Thamrin diindeks menjadi Jakarta Thamrin (cabang) Bank Dagang Negara. kedua nama dari contoh diatas niscaya akan disimpan pada abjad W dan label mapnya adalah nama masing-masing yang sudah di indeks.
3.                  Memberi Tanda
Pada langkagh ini nama atau kata tangkap yang sudah di indeks sebagai unit-unit diberi tanda, misalnya lingkaran dengan warna merah dan angka 1 untuk unit satu, angka 2 untuk unit dua, angka 3 untuk unit tiga, dan seterusnyabila unitnya masih ada. Dengan adanya tanda ini petugas dapat menempatkan surat di dalam map yang sudah ada, atau membuatkan map individu baru bila surat-suratnya baru dipindah dari map campuran karena jumlah suratnya sudah mencapai 5(lima) pucuk. Dengan adanya tanda (kode) juga memudahkan petugas mengembalikan surat ke dalam laci. Bila mana surat itu keluar laci karena dipinjam.
4.                  Menyortir
Adalah mengelompokkan surat kedalam kelompok abjad masing masing, agar memudahkan petugas mengerjakan langkah terakhir yaitu menyimpan. Sortir ini penting untuk surat-surat yang banyak, kalau suratnya sedikit (tidak lebih dari 25 pucuk) tidak perlu dilakukan sortir. Dengan adanya sortir, petugas didalam menyimpan surat tidak perlu pulang-balik dari meja ke almari arsip, tapi dapat menyimpannya perkelompok abjad.
Pekerjaan sortir dapat dilakukan dengan alat sortir, tetapi bila alat ini tidak ada, petugas dapat mempergunakan meja sebagai tempat sortir.
5.                  Menempatkan
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati hati. Kalau tejadi kekeliruan menempatkan surat pada map yang bukan seharusnya maka surat tersebut dapat disebut hilang. Bila volume surat yang disimpan cukup banyak, maka pencarian kembali akan sukar dilakukan.


3.5  Peralatan dan Perlengkapan
Jenis-jenis peralatan dan perlengkapan kearsipan sistem abjad adalah :
1.              Filling Cabinet / lemari arsip
Merupakan lemaari arsip yang mempunyai gaya, desain dan ukuran yang berbeda-beda. Alat ini digunakan untuk menyusun file, dokumen dan arsip agar mudah di ambil dan di kembalikan kembali pada tempatnya semula. Filling cabinet juga berfungsi untuk mengatur berkas-berkas atau file agar tertata rapi.selain itu dengan desain dan gaya serta warna filling cabinet yang beraneka ragam bisa menjadikan filling cabinet sebagai alat memperindah kantor.
2.              Guide
            Guide berfungsi untuk membantu petugas dalam maka penyimpanan dan penemuan kembali suatu arsip di antara arsip-arsip yang lain. Penempatan guide yang tepat akan mengurangi waktu yang tersita dalam pencarian huruf/nama yang dibutuhkan. Guide dalam metode penyimpanan abjad dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan isinya, yaitu yang berisi huruf dan
yang berisi kata/nama/masalah.
3.              Folder dan map gantung
Biasa di gunakan untuk menyimpan arsip aktif di setiap unit pengolah (unit kerja) yang kemudian di masukan ke dalam filling cabinet. Folder yang berukuran kecil untuk menyimpan kartu kendali yang di masukan ke dalam laci-laci lemari katalog.
4.              Kotak arsip (Dos,Box)
Kotak arsip biasanya di gunakan untuk menyimpan arsip inaktif. Caranya setiap kotak arsip hanya di pakai untuk menyimpan berkas yang memiliki suatu masalah. Penyimpanan menyusun arsip dalam folder, dan memasukan folder ke dalam kotak arsip secara vertikal.
5.              Perforator
6.              Tab / pembatas




3.6  Analisis SWOT
3.6.1        Strength
a.       Penyimpanan arsip secara alfabetis dapat langsung menempatkan berkas pada tempat penyimpanannya, karena semua berkas di tata berdasarkan nama.
b.      Petunjuk penataan berkas sangat sederhana dan mudah di pahami.
c.       Kesalahan berkas mudah dicek dengan abjad yang sama atau serangkai.
d.      Peralatan atau perlengkapan yang di perlukan sangat sederhana.
e.       Biaya pelaksanaanya lebih murah
f.       Dengan penggunaan warna dalam pengkodean, kesalahan penempatan berkas akan mudah di ketahui.
g.      Penyimpanan ini hanya memerlukan satu kali penyortiran, yaitu sesuai dengan kesamaan abjad.
3.6.2        Weakness
a.       Ada kemungkinan terjadi kesalahan penempatan berkas jika tidak mengikuti aturan secara konsisten.
b.      Nama orang yang sama mungkin membingungkan, khususnya jika ejaanya sama.
c.       Tunjuk silang yang berlebihan akan membuat file penyimpanan cepat penuh atau sesak.
d.      Surat-surat atau dokumen-dokumen yang ada hubungan dengan satu sama lain tetapi berbeda nama pengirimnya akan berbeda letak di dalam penyimpanan.
3.6.3        Oppoturnity
Data hanya beredar di perusahaan atau departemen yang bersangkutan, sehingga tingkat keamaanannya tinggi.

3.6.4        Treats
Media penyimpanan rusak atau hilang akibat human eror, bencana alam, ataupun lapuk termakan waktu.














BAB IV
PENUTUP

6.1   Kesimpulan
Penyimpanan arsip menggunakan system abjad lebih mudah dan efesian, karena untuk surat masuk yang dapat dipilih adalah nama badan pengirim atau penanda tangan surat.
6.2   Saran
Menurut kami, penggunaan system abjad ini sebaiknya di gunakan pada perusahaan kecil. Karena akan lebih mudah dan efektif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal Seminar

Proposal Memperingati Hari Pendidikan Nasional “Peranan Sekretaris Dalam Membangun Citra Perusahaan” Manajemen Administrasi MA.22.3A.02 Tsania Lu’lu                 22110544 Novita Anjani              22110292 Syifa Fauziah               22110506 Yesa Permatasari         22110003 Dewi Novitasari           22110203 Siti Hasanah                 22110321 Mia Novitasari             22110278 Muthia Iswara             22110310 Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Sarana Informatika ...

skema jaringan warnet

Pada jaringan komputer yang ada di “ALIBABA” terdapat 28 unit PC, 1 unit printer, 1 unit modem, 1 unit switch dan 2 unit HUB dan menggunakan kabel UTP (straight) dari clien ke HUB dan dari switch ke server. Sedangkan dari HUB ke switch menggunakan kabel cross. selain itu kecepatan akses data maupun akses browsing di internet alibaba cukup bagus. Karna Akses internet yang digunakan menggunakan provider SPEEDY.